Malam
Sesuai dengan tema, sengaja aku membuat tulisan ini di malam hari. Malam (yang seharusnya) kesembilan belas ini sengaja aku dedikasikan untuk menulis tulisan bulanan ini. Biasanya, aku juga akan meluangkan waktu di malam hari untuk menulis. Terutama di hari kerja, di mana sepertiga dari 24 jam aku habiskan di sana. Berbeda dengan hari libur, aku bisa meluangkan waktu lebih di pagi atau siang hari untuk mengejar ketertinggalan yang tidak menyenangkan ini.
Eh, ngomong-ngomong,
ini hari libur juga, loh. Tanggal merah karena isra’ mi’raj. Tapi… aku memilih untuk tetap menulis di malam hari
dan mengisi pagi dan siangku untuk menonton drama Korea. Beginilah aku, yang
mengesampingkan komitmenku menulis dan memilih melakukan hal lain. Sangat tidak
dibenarkan ini.
Baiklah, kita berbicara malam. Dari beberapa
pembagian waktu 24 jam dalam sehari, malam adalah waktu favoritku. Padahal, aku
yakin banyak yang membenci malam karena mengingatkan mereka pada fakta bahwa
sebentar lagi pagi mendatang. Tapi bagiku, malam adalah waktu yang sangat
pengertian. Waktu di mana aku selalu tergerak untuk memikirkan aku—segala hal
tentang kehidupanku.
Semakin malam, semakin datang
pemikiran-pemikiran itu. Mungkin terlihat bahwa aku seperti orang yang amat overthinking, belum lagi waktu tidur
menjadi larut. Satu kondisi yang membuat aku memilih untuk melakukan ini di
malam hari adalah; kesunyiannya. Hanya malam yang menghasilkan sunyi. Sunyi dari
keadaan sekitar, sunyi di dalam diri sendiri.
Sekarang sudah malam, tepatnya jam 20.52 WIB. Terpantau
belum terlalu sunyi. Tapi, tidak apa-apa. Memang dasarnya setiap malam,
pikiranku selalu berkelana ke mana pun. Apa saja bisa dipikirkan. Bahkan sekarang
pun, aku sudah tahu harus memikirkan hal apa sebelum tidur.
Aku pamit undur diri, ya. Selamat tidur.
#CeritadiFebruariKe19
Comments
Post a Comment