Aku masih bisa pulang
Aku pernah lihat sekelibat perihal
kalimat yang menyatakan bahwa, “rumah yang sebenarnya adalah berupa manusia”
atau kurang lebih dalam Bahasa Inggris, “the real home is a person”,
adalah kalimat yang benar. Apa hubungannya rumah dengan tema pada hari ini? Bagiku,
rumah identik dengan kepulangan. Siapa pun yang menyatakan dirinya akan pulang,
pasti akan menuju rumahnya masing-masing.
Aku tidak peduli pada bentuk bangunan
si rumah. Mau itu rumah, kontrakan, kosan, apartemen, rumah bibi, rumah nenek,
atau apapun yang bisa kalian jadikan rumah, bukan itu. Itu hanya bangunan mati
yang tidak memiliki makna. Yang paling berperan penting dan membuat bangunan
itu menjadi hidup dan memiliki cerita adalah orang-orang di dalamnya. Bagaimana
di sana ada orang tua, adik-kakak, nenek-kakak, bibi-paman, teman sebaya, dan
pasangan, dialah yang kalian tuju. Dialah yang menjadi alasan mengapa kamu
ingin pulang dan memutuskan untuk pulang ke sana.
Aku masih bisa pulang. Ya, aku pulang
ke rumah, yang isinya adalah keluargaku. Salah satu berkah dalam hidupku adalah
dengan masih memiliki mereka secara utuh sebagai tempatku pulang. Mau sejauh
apapun aku pergi, aku pasti akan pulang ke sini. Mau sejauh apapun aku pergi,
aku tidak pernah tidak pulang. Rumahku akan selalu menjadi rumah. Pulangku akan
selalu kepada rumah itu.
Momen yang paling terasa kalau pulang
merupakan hal wajib bagiku adalah di saat aku merasa lelah, merasa kalau hari
itu aku sudah tidak kuat lagi menghadapi kejutan-kejutan semesta, pulang adalah
solusinya.
Setidaknya, aku bisa berlindung dan
beristirahat sejenak.
#CeritadiFebruariKe15
Comments
Post a Comment