Post-college Life


Hi, everyone!

Udah lama banget ya nggak nge-post lagi? Hahaha. Bahkan ada saat di mana waktu itu aku janji mau post lanjutan tentang HI-C, tapi, karena keterbatasan waktu dan keadaan, ngebuat aku jadi mau nulis hal lain yang nggak kalah menariknya. Apalagi hal ini adalah hal yang bena-benar terjadi sama aku, yang aku pernah alami selama beberapa bulan ini. Jadi, I let you guys know about this!
Aku lulus bulan November 2018 dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program studi Ilmu Hubungan Internasional. Alhamdulillah, 4 tahun studi. Tapi, yang jadi tantangan paling menarik dari yang menarik adalah, bagaimana kehidupanku setelah officially lepas jadi mahasiswa?

Yup, ternyata sulit hahaha. Tapi, aku udah ngelewatin itu semua dengan statusku yang sekarang menjadi salah satu pekerja di Klinik Kecantikan dengan posisi Digital Media and Advertising di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat. Jangan kaget akan mengapa pekerjaanku sekarang, karena, aku pun nggak pernah nyangka kalau aku sendiri bisa kerja di tempat yang sama sekali tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Tapi, di sinilah rezekiku berada.

Sebelumnya, aku telah melalui lebih dari 10 interview pekerjaan untuk mencapai pada titikku yang sekarang. Ya, sebagai orang yang nggak ada kerjaan (pas lagi nganggur), dengan isengnya aku hitung jumlah total interview yang pernah aku datangi. Tujuannya juga iseng, supaya bisa flashback udah pernah ke mana-mana aja buat interview hahaha. Dan segala jenis perusahaannya itu beragam, nggak perlu aku sebut satu-satu karena itu sama aja kaya ngegali luka lama *ea. Nggak deng.

Dimulai dari pengalaman interview full English sebanyak 3x dan interview terakhirnya terdiri dari 3 users, dari lokasi perusahaan yang jauuuh literally jauh dari Lenteng Agung (naik busway aja total 3 jam nyampe rumah), dari yang pernah kasih harapan palsu yang mana usernya ngomong, “kalau kamu kerja sama aku, aku kaya udah dapet kemistrinya deh” ujung-ujungnya tetap penolakan, dari yang mendapatkan email bahwa perusahaan tersebut tertarik dengan aku sampe udah nanya ekspektasi gaji dan alhasil nggak ada balesan lagi, dan masih banyak pengalaman-pengalaman lainnya. Kalian mau tanya gimana perasaan aku? Nyesek. Sakit. Ga terima.

But, who am I to complain?

Dari pengalaman-pengalaman aku yang itu, aku belajar banyak banget hal yang sebelum-sebelumnya belum pernah aku pelajari di bangku perkuliahan. Sumpah, yang namanya anak baru netes di dunia pekerjaan, dihadapin dengan itu semua rasanya menyakitkan. Tapi, semakin hari aku semakin sadar kalau itulah dunia pekerjaan. Belum mulai aja udah banyak tantangan, apalagi kalau udah ngejalaninnya nanti?

Semoga semua baik-baik aja.

Yang pasti, pengalaman-pengalaman itu berhasil nampar aku buat jadi orang yang nggak terlalu berharap lebih akan apapun. Aku dihadapkan oleh sesuatu yang semuanya adalah ketidakpastian dan aku harus memposisikan diriku sebagai orang yang butuh-namun-jangan-terlalu-berharap. Emang walaupun awalnya itu sulit, tapi, perlahan ngebuat aku jadi terbiasa. Aku juga ditampar untuk jadi orang yang jangan mudah menyerah. Hampir setiap hari, aku buka seluruh jenis portal website pencarian pekerjaan yang bisa aku akses dan aku lamar posisi apapun yang memungkinkan. Aku ngebayangin, kalau aku diem aja dan nggak ngelakuin usaha apapun untuk melamar, di luar sana ada jutaan orang lain yang lebih rajin untuk mencari kerja dan pasti merekalah yang mendapatkan balasan setimpal dengan usaha kerasnya. Dalam artian, merekalah yang lebih berhasil dibanding aku yang tidak melakukan apapun.

Hal-hal itu aku pelajari setelah melalui rintangan ini. Dengan sendirinya, diriku memproses itu semua dan aku pun ngerasa kalau semakin hari aku semakin memikirkan sesuatu jauh kepada beberapa poin pertimbangan, tidak hanya satu atau dua. Setelah melalui rintangan itu, aku sadar bahwa aku sudah menjadi orang dewasa yang harus bisa memutuskan sesuatu dan menjalankannya dengan tanggung jawab, bukan mahasiswa yang bisa memilih mana tugas yang perlu dikerjaan atau tugas yang bisa nyontek ke temen kalau malas. Kalau sekarang aku males, nggak tau. Mungkin aku nggak akan bisa nulis blog ini dengan materi yang sama di waktu sekarang.

Kehidupanku setelah kuliah memang seperti ini. Dibilang banyak pengalaman juga tidak, dibilang sedikit juga tidak. Dibilang santai juga tidak, dibilang sangat menderita juga tidak. Yang jelas, pahit manis indahnya perjalananku dari bulan November 2018 sampai sekarang sangatlah berkesan. Aku sangat menikmati masa-masa itu sampai dengan hari ini. Karena hari kemarin, aku belajar dan bisa menjalankan hariku yang sekarang.

Menjalani hariku sebagai seseorang yang sudah bekerja dan menjalaninya pun tidak mudah di awal. Aku kebanyakan ngeluh karena capek dengan lokasi yang relatif jauh dari rumah. Belum lagi, jam kerja yang menyesuaikan jam buka dan tutup klinik (nggak kaya jam kerja pada umumnya deh) dengan 6 hari full kerja. Rasanya ingin keluar aja, cari lagi pekerjaan baru. Namun, aku balik berpikir. Dari sekian banyak jumlah interview yang pernah aku jalani, hanya ini yang menerima hasil interview-ku. Hanya ini yang mempercayakanku untuk menjadi salah satu dari bagian mereka. Hanya ini yang mau menerimaku sepenuhnya sebagai karyawan (walaupun ada masa probation dan hampir setiap perusahaan punya hak untuk itu). Aku sombong kalau aku nggak bersyukur akan hal ini.

Lagi-lagi aku belajar, untuk bersyukur dan menjalani sesuatu dengan ikhlas, tidak semudah membalikkan telapak tangan karena terlalu banyak “kalau” yang menghantui.

Itu kemarin-kemarin, tapi tidak untuk sekarang. Aku mencoba untuk menjalankan apa yang menjadi rezekiku yang sudah Allah atur. Aku mencoba untuk belajar menerima dan mengikhlaskan rasa tidak terimaku yang datang kemarin-kemarin. Alhasil, aku mendapatkan ilmu baru dengan bekerja di sini. Aku juga mendapatkan teman-teman baru yang semuanya welcome and kind. Belum lagi, owner dari klinik tempatku kerja kelewat baik, bener-bener mau ngajarin dari 0 dan ngebiarin aku buat belajar sendiri dulu sebelum akhirnya ditolong juga. Sekarang aku jadi mikir, aku belum tentu dapet ilmu ini kalau aku kerja di tempat lain.

Oh iya, aku juga lagi proses mengikuti seleksi beasiswa magister di salah satu universitas di Indonesia. Aku juga berharap semoga ada rezekiku di beasiswa ini  karena menuntut ilmu setinggi-tingginya adalah keinginan semua orang, bukan hanya aku. Aku mohon doanya, ya!

Itulah ceritaku akan kehidupanku pascawisuda. Berliku-liku emang, tapi, mengesankan. Percayalah, tahapan kehidupan itu memang nyata dan aku adalah salah satu korbannya hahaha. Jadi, jangan kaget kalau emang kenyataannya seperti itu yang terjadi. Jadikan semua itu pembelajaran selagi belajar bukanlah sesuatu yang dilarang.

Aku aja bisa ngelewatinnya, kalian pun pasti bisa. Semangat terus, ya! J

Comments

Popular posts from this blog

Perkenalkan, bencana terseram seumur hidup

Bukti-bukti Itachi dan Sasuke Saling Menyayangi

Kurcaci-kurcaci HI-C