Surat dari Cucu Pertamamu, Opung Cowok
27 Januari 2016
Sudah lebih dari dua bulan Opung meninggalkan kami semua. Izinkan kakak
menulis surat ini untuk Opung yang sudah tenang di sisi Allah.
Opung, ini kakak. Kak Ola, cucu pertama Opung. Kakak minta maaf karena saat
masa terakhir Opung kakak tidak bisa hadir di sana dikarenakan kondisi Ujing
yang tiba-tiba lemas dan menunda keberangkatan kita ke rumah sakit. Opung harus
tahu, jam 10 pagi sebenarnya kami sudah selesai memasak dan bisa langsung
memberangkatkan diri menuju rumah sakit. Namun, mungkin ini adalah kemauan
Opung untuk tidak hadir lebih cepat. Begitu pula dengan Opung Cewek yang
tiba-tiba ketiduran tepat jam 10 juga. Apakah ini tanda bahwa Opung tidak mau
merepotkan kami? Opung juga harus tahu, kakak tidak pernah merasa direpotkan
oleh Opung dalam hal apapun.
Opung, kakak ingat. Semasa kecil, apabila Mama dan Ayah sibuk bekerja dan
tidak sempat memerhatikan kakak, kakak pasti dititipkan ke rumah Opung. Pada
saat Opung Cewek memasak di dapur, Opung yang menemani kakak bermain. Namun,
karena pada saat itu kakak masih kecil dan sekarang pun tidak ingat, kakak
sangatlah jail! Opung selalu kakak pukul tanpa sebab. Kakak pun tidak tahu apa
maksudnya. Tentu saja Opung kesal dan terkadang sampai harus mengomeli kakak. Namun,
satu hal yang pasti selalu Opung lakukan untuk kakak ketika kakak berkata, “Opung,
bejendol...” pada saat itu juga Opung yang membawa kakak ke kamar mandi dan
membereskan semuanya. Hal sekecil itu akan kakak kenang sepanjang masa, Pung. Kakak
akan selalu ingat ini.
Tahun 2005, Opung mulai sakit. Dimulai dari ginjal, lalu merambat menjadi stroke ringan. Hari demi hari, tahun demi tahun, sampailah dimana
Opung hanya bisa tiduran dan tidak bisa pergi kemana-mana lagi. Di saat seperti
ini, kami selalu menghampiri Opung apabila kami berkunjung ke rumah Opung. Dengan
menyalami tangan kurus Opung, Opung menatap kakak lama dan berkata, “ini siapa?
Ola?” dan kakak tersenyum senang, “iya, Pung. Ini kakak Ola.” Opung tidak
pelupa atau menderita alzheimeir, Opung hanya ragu-ragu karena cucunya telah
tumbuh semakin dewasa dan membuatnya bingung. Kakak Ola tidak berubah, Pung. Tetap
cucu pertama Opung yang sangat menyayangi Opung.
Di akhir November, kakak dapat berita bahwa Opung masuk rumah sakit setelah
tiga hari tidak makan. Opung bahkan tidak bisa mengunyah makanan lagi pada saat
itu. Apakah... sudah separah itu? Kakak memutuskan untuk menjenguk Opung dengan
Ujing. Dan hasilnya benar, Opung benar-benar sudah separah itu. Opung Cewek
meminta kakak untuk mengajikan Opung. Dan karena kakak sangat ingin mendoakan
Opung untuk kesembuhan dan hasil yang terbaik, kakak mengajikan Opung surat
Al-Mulk dan sukses membuat Opung tertidur lelap. Pada saat itu Opung sudah
tidak mengenali kakak. Opung tidak berkata apa-apa lagi begitu melihat kakak. Saat
itu juga kakak ingin menangis, Pung. Entah mengapa kakak begitu menderita melihat
Opung memiliki dua selang infus yang disambungkan ke tubuh Opung dan satu
kateter untuk Opung buang air kecil. Tapi kakak tidak akan menunjukan rasa
sedih kakak di depan Opung Cewek dan Ujing yang sangat tegar. Kakak tetap
membaca surat dan sesekali memegang tangan Opung yang terasa dingin dikarenakan
temperatur AC yang rendah.
2 Desember 2015. Ujing bilang ini jadwal Ujing untuk menjenguk Opung. Tentu
saja kakak ikut menjenguk. Di rumah, Ujing memasak sangat banyak sampai-sampai
kelelahan. Jam 10, Ujing memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya juga dan begitu
pula kakak yang melanjutkan menonton anime.
Di tempat yang lain, Mama sedang mencuci baju Opung yang telah Opung gunakan
beberapa hari di rumah sakit. Anehnya, Mama tetap dapat mencium bau khas Opung
dalam baju itu yang mana Mama sudah beri pewangi lebih dari dua kali. Itu suatu
kebetulan yang tidak masuk akal. Begitu pula dengan Opung Cewek yang selalu
menemani Opung selama 10 hari ini di rumah sakit. Secara tidak sengaja, Opung
Cewek ketiduran pula jam 10 dan mendapati Opung sudah diberi oksigen jam 11.
Jam 12.30, Opung dinyatakan telah meninggalkan dunia ini. Opung
meninggalkan Opung Cewek pada saat Opung Cewek menuju kamar mandi hanya untuk
buang air dan mengambil air wudu, Opung meninggalkan Ujing yang sudah selesai
mandi dan segera menuju rumah sakit, Opung meninggalkan Buya yang sedang bekerja,
dan Opung meninggalkan Mama yang sedang melaksanakan pekerjaan rumah. Bagaimana
bisa Opung meninggalkan kami semua di saat kami sedang tidak bersama Opung?
Betapa mulia niat Opung, untuk meninggalkan kita tanpa sepengetahuan kami. Opung
tidak ingin merepotkan kami dengan mengetahui itu semua. Opung tidak ingin kami
bersedih karena Opung akan segera meninggalkan kita. Opung benar-benar
melakukan yang terbaik untuk kita.
Pung, ujian terbesar dalam hidup salah satunya adalah sakaratul maut, dan
Opung dapat melewati itu hanya dalam hitungan menit. Betapa khusnul khatimah-nya kondisi Opung saat
itu. Opung adalah orang yang kuat, lebih dari 6 tahun Opung menderita penyakit
dan itulah balasan dari Allah—sakaratul maut yang mudah. Tidak semua orang
dapat merasakan sakaratul maut yang semudah itu, Pung. Dan Opung berhasil.
Opung adalah sosok kakek yang menginspirasi kakak dan tidak akan pernah kakak
lupakan walau Opung telah meninggalkan kakak untuk selama-lamanya.
Opung, mungkin ini belum sempat terucap pada saat Opung masih ada di dunia
ini. Opung sudah lama meninggalkan kakak tapi kakak masih saja tetap menitikkan
air mata saat menulis ini. Pung, maafkan kakak, ya. Kakak tahu kakak punya
banyak salah sama Opung. Terima kasih juga untuk uang 10.000-nya yang selalu
kakak terima apabila kakak berkunjung. Maafkan kakak yang sejak dulu senang
sekali memukul Opung, namun Opung tetap bertingkah sabar menghadapi kakak yang
kurang diajar. Maaf kakak dulu suka malas menghampiri Opung apabila Opung
memanggil nama kakak dikarenakan kakak asik bermain dengan sepupu yang lain. Kakak
tidak akan pernah mendengar suara Opung lagi di telepon apabila kami menelepon
Opung Cewek, kakak tidak akan pernah mendengar suara parau yang memanggil “Mah...
Mamah...” dan Opung Cewek yang segera bergegas menghampiri Opung, kakak tidak
akan pernah melihat Opung tertidur pulas lagi di ranjang rumah sakit Opung di
rumah. Kakak merindukan itu semua, Pung. Kakak rindu Opung.
Kakak memang tidak pernah berbicara ini, bahkan kakak pikir ini pertama
kalinya kakak berbicara ini...
Opung, kakak sayang Opung. Maafkan segala kesalahan kakak yang pernah kakak
lakukan baik disengaja maupun tidak. Kakak sayang Opung Cowok :’(
Selamat jalan, Opung tercintaku, Opung Cowok.
Comments
Post a Comment