Kurcaci-kurcaci HI-C

(Sebelumnya, mungkin menulis dengan menggunakan “saya” sebagai subjek akan menjadi lebih menarik.)

Hi, folks. Long time no see! Waktu itu saya sempat men-spoiler bahwa di posting-an selanjutnya saya akan mem-post tentang HI-C. Sumpah, seharusnya posting-an ini di-posting pada tahun 2015 di saat saya menginjak semester 3, namun karena tertimpa oleh badai tugas dan organisasi membuat saya melupakan postingan yang saya sayangi ini. Sebelumnya saya review kembali, HI-C adalah kelas saya dari semenjak semester 1. Namun, begitu sudah tidak ada kelas lagi di semester penghujung ini, bahkan grup HI-C sudah berganti nama menjadi “2018 LOELOES!!!”, saya masih menganggap diri saya berada di kelas HI-C dan memang akan seperti itu sampai kapan pun.

Seperti anggapan yang banyak dimiliki orang-orang apabila mendengar kata “kelas C” di benaknya, di fakultas atau bahkan kampus tercintaku juga seperti itu. Normatifnya, pembagian kelas kami berdasarkan jalur masuk yang ditempuh. Jelas sekali kelas A merupakan anak-anak yang berasal dari jalur SNMTPN dan SPAN-PTAIN (jalur rapot yang tidak perlu bersusah payah untuk melaksanakan ujian tertulis dan dilaksanakan oleh UIN se-Indonesia). Sudah terbayangkan bagaimana suasana di kelas A apabila mereka sedang belajar karena mayoritas anak-anak berprestasi. Sepanjang saya kuliah sampai sekarang, saya belum pernah merasakan masuk ke kelas A. Mungkin suatu saat, apabila ada niat dan keinginan yang kuat. Selanjutnya, kelas B yang didominasi oleh anak-anak yang berhasil diterima di jalur SBMPTN dan UMPTAIN (jalur tertulis yang diadakan oleh pemerintah dan digelar serentak se-Indonesia dan diadakan oleh UIN). Menurut saya, jalur inilah yang paling keren. Usaha mereka patut diacungi jempol karena berhasil mengalahkan ribuan saingan yang berada di belakang mereka. Di semester ini, saya mengambil satu mata kuliah di kelas B dan saya benar-benar merasakan atmosfirnya berada di kelas yang rata-rata merupakan anak-anak berotak kritis. Dan yang terakhir, kelas saya sendiri, kelas C. Yang mana para muridnya berasa dari jalur mandiri yang dilaksanakan oleh UIN—SPMB. Ada beberapa anak mandiri yang masuk kelas B, namun tetap, mayoritas berada di kelas C dan alhasil, kelas kami terkenal akan keberisikan dan keterbelakangannya.

Saya tidak mengatakan bahwa kelas saya berisi orang-orang bodoh, tidak. Yang saya maksud dengan keterbelakangan adalah saat dimana kami tidak berhasil untuk memuaskan dosen dan berkali-kali mendapat teguran karena kondisi kelas yang pasif. Saya sangat merasakannya di semester 1 dan 2, di saat banyak dosen yang mengkritik kami dan memohon agar kami memerbaiki diri. Dari situlah saya mulai sadar, bahwa background kami lah yang membentuk sifat dan perilaku kami saat kuliah.

Seperti yang kaliah ketahui, jalur mandiri adalah jalur terakhir yang dapat ditempuh. Dengan kata lain, sebelum kita menempuh jalur mandiri, pasti kita menempuh jalur-jalur yang lebih dulu dilaksanakan seperti SNMPTN dan SBMPTN. Saya yakin, sangat yakin, sebagian besar anak kelas kami tidak memilih jurusan HI – UIN sebagai prioritas utama, termasuk saya sendiri (kalau kalian baca posting-an saya sebelum-sebelumnya, pasti tahu jurusan apa yang sangat saya ingin-inginkan). Maka dari itu, di awal perkuliahan kami masih merasa belum menjiwai jurusan baru kami. Kami masih belum terbiasa dengan sesuatu yang baru yang mana sangat berbeda dengan pelajaran kami semasa SMA. Apalagi, mayoritas kelas kami adalah murid IPA pada saat SMA. Sangat wajar apabila pada awalnya kami merasa tidak cocok, tidak minat, tidak suka, dengan jurusan baru kami. Itulah yang membuat kita menjadi “terbelakang” di mata dosen-dosen. Namun sekarang, saya rasa tidak.

Namun, walaupun kelas kami menyandang urutan C yang notabene-nya sudah saya terangkan di atas, namun tidak ada kelas yang sekompak kelas kami. Percaya tidak percaya, setiap di akhir semester kami pasti akan mengadakan acara yang mana melibatkan hampir seluruh murid kelas! Inilah yang tidak dimiliki oleh kelas lain, hanya dimiliki oleh HI-C. Sekarang, saya akan memperkenalkan mereka satu per satu.

Akbar Ali Yafie. Akbar ini terkenal sama kejahilannya yang membuat semua orang merasa kesal dan rasanya ingin memarahinya di depan muka, termasuk saya. Dia hobi sekali mengganggu kita dengan kejahilan-kejahilan yang rasanya tidak pernah habis di otak. Dia hobi makan, namun badannya tidak pernah gemuk. Berat badannya selalu berada di kisaran 50 kg-an untuk kirasan cowok, itu kurus. Dia juga satu kosan dengan Oby, dan kosannya biasanya dijadikan markas besar anak-anak Bangsat (club futsal yang ber-founding father HI-C).

Alif Daffa Satria Dores. Kalian tahu Deddy Dores? Atau orang tua kalian tahu Deddy Dores? Pasti tahu! Coba ditanya dulu karena Alif merupakan anak dari sang komposer dan produser terkenal tersebut. Alif merupakan ketua kelas kita dari semester 1 hingga sekarang. Rajin! Satu kata buat Alif. Anak terajin satu kelas mungkin. Alif orangnya hobi becanda, punya ketawa yang unik yang mana Cuma sekali babak ketawanya, dan hmm ambisius?

Allysa Julia Shafira. Saya memanggilnya dengan sebutan Pila. Ya, “R” itu membuat saya susah untuk memanggilnya. Pila itu orangnya lucu, embul, sangat terobsesi dengan Baymax, dan orangnya sangat baik. Belum pernah terlihat kalau Pila marah di kelas. Apakah pernah atau memang tidak ditunjukkan saya tidak tahu. Pila orangnya mau berusaha keras, dan itu sisi yang saya suka dari Pila. Tidak mudah menyerah dan selalu hobi berusaha! Pila juga selalu menjadi moodbooster saya, baik dengan celetukan candaannya maupun gerak-geriknya yang terkadang sudah dapat menimbulkan tawa. Lagu Jay Z ft. Justin Timberlake – Holy Grail adalah lagu legend saya bersama Pila.

Annisa Firdausi. Dia Sasa, teman kosan saya yang hobi fangirl-ing tentang TVXQ dan VIXX. Enaknya, kami berdua adalah K-popers. Sasa orangnya ramai, terlihat pendiam saat pertama kali kita ketemu. Paling enak membicarakan K-pop thingy dengan Sasa, baik tentang idol, lagu-lagu, atau pun hal lain yang tidak enak dijelaskan di sini. Saya pernah tidur satu kasur dengannya. Selain itu, Sasa sepertinya yang paling sering mendengarkan keluh kesah saya tentang seseorang :’D apabila kalian melihat Sasa, pasti akan beranggapan bahwa dia seperti “tengkorak berjalan” namun untuk sekarang-sekarang ini, Sasa terlihat “gemukkan” dikarenakan faktor bahagia yang disponsori oleh seseorang yang dapat membuatnya sebahagia sekarang J

Annisa Risfiana. Saya memanggilnya Ifi, sama alasannya seperti mengapa saya memanggil Pila. Memanggil Risfi sangat menyulitkan lidahku hahaha. Ifi cantik, namun apabila kalian sudah mengenalnya lebih dalam, dia aneh, super aneh. Kalau kalian K-popers pasti tidak asing lagi dengan kata 4-D yang sering dikaitkan dengan idol yang hobi bertingkah aneh. Sempat menjalin hubungan dengan someone di kelas, namun sekarang sudah menjalani kehidupannya masing-masing. Bener, kan, Fi, udah lupa? :p satu pesan yang ingin saya sampaikan untuk Ifi, “sooner or later, you would get someone better that deserve you for everything you’ve done”.

Annisa Rizka Amelia. Ruru ini memilik banyak nama panggil. Mulai dari Rara, Ruru, sampai Atun. Tapi saya lebih senang memanggilnya Ruru walaupun banyak huruf “R” di sana, namun karena mengeluarkan intonasi yang lucu, saya jadi menyukainya. Apabila Ruru tertawa, matanya seakan-akan hilang dan itu yang membuatnya lucu. Memiliki suara yang khas dan membuat setiap anak di kelas terdiam dan mendengarkannya bernyanyi dengan syahdu. Kalau mau belajar diet, dateng aja ke Ruru karena dia berhasil menurunkan berat badan seberat 15 kg J

Ardylara Mayang Purnama. Cewek yang menamai dirinya sekarang Maeda Mai ini (terinspirasi dari Maeda Atsuko-AKB48) merupakan anak teater Syahid yang mana terkenal akan kemasyhurannya se-Ciputat. Mayang ini sangat romantis dan puitis, hobi sekali menggunakan kata cium, cinta, rasa, hati, dan sebagainya perihal masalah percintaan. Jangan salah paham, dia tidak galau karena pacarnya karena dia sendiri tidak memiliki pacar. Mayang orangnya sangat ramai dan baik, bisa bermain gitar, dan masih dalam tahap belajar keyboard padahal dia sudah bisa memainkannya.

Arkan Vicri Puntodewo. Arkan itu terkenal dengan ke-sok-ganteng-an-nya kapan pun dan dimana pun. Kalau pertama kali kalian melihatnya, pasti kalian akan berkata demikian bahwa Arkan itu ganteng. Namun apabila sudah mengenalnya, kalian dengan rasa penyesalan yang mendalam akan berkata bahwa semua itu hanyalah rekayasa. Arkan juga terkenal dengan dirty-minded-nya karena pada suatu hari dia pernah mengirim gambar 18+ ke group dan langsung di kick oleh Diah dan terjadilah percekcokan singkat. Yap, dia mantannya someone. Iya, kan? :p

Aqil Aulia Wafda Amin. Semua member HI-C tahu kalau Aqil adalah ensiklopedia berjalan. Anak dari Sekjen PP Muhammadiyah ini memiliki wawasan yang sangat luas sehingga terkadang apabila dosen membicarakan suatu hal yang membuat kami bungkam, hanya Aqil yang berbicara karena dia mengetahuinya. Di kelas, hobinya menambahkan jawaban pemakalah yang sekiranya belum lengkap. Aqil juga hobi bercanda, dengan saya yang menjadi korban candaan dia yang tidak tepat pada saat menjelas presentasi. Yet, Aqil orangnya seru untuk diajak diskusi and he’s also ex here but not the same as Arkan :p

Bimo Aryo Wibowo. Bimo ini hiker, hobi sekali naik gunung. Pernah ia membolos beberapa hari hanya untuk naik gunung. Bimo sangat terobsesi dengan burung hantu. Kebanyakan bajunya atau jaketnya bergambar burung hantu. Dan kalau kalian perhatikan, bentuk alis tegasnya Bimo juga mirip burung hantu. Bimo adalah drama king kita, hobi sekali berpura-pura marah namun sangat terlihat nyata dan Alif sebagai partnernya. Ekspresi Bimo juga menggambarkannya seperti preman, karena ekspresinya yang tegas dan rambutnya yang indah menawan terurai.

Diah Andam Suri. Dulu Andam sangat sering disapa bear, Bernard, atau sapaan lainnya yang mengarah kepada beruang. Bahkan dia dan Arkan termasuk ke dalam “bear squad” yang anggotanya memang hanya mereka berdua. Tapi, sekarang rupa Andam yang dulu bukanlah rupa Andam yang sekarang. Andam terlihat lebih kurus sehingga apabila disapa dengan sapaan beruang lagi, itu tidaklah cocok. Kalau dilihat dari pipi, mungkin masih terlihat :p orang yang sangat friendly dan ekspresif ini merupakan pecinta EXO Kai so much. Yup, dia K-popers. Something you have to know that Andam ini also has an ex and you know who :p

Diah Rahmi Winatra. Dari sebelum daftar ulang, dari sebelum OPAK berlangsung, dialah orang pertama yang saya kenal. Berawal dari grup FISIP 2014 yang dibuat oleh entah siapa, saya bertemu dengannya. Saya dan teman-teman akrab memanggilnya “Mamih”. Bisa dikatakan bahwa mamih adalah salah satu orang terdekat saya di HI-C. Sebenarnya, kalau tidak mengenal mamih secara dekat akan berkata kalau mamih itu galak dan jutek. Tapi, itu tidak sepenuhnya salah. Memang mamih seperti itu adanya tapi dibalik itu semua, mamih orang yang sensitif. Selain itu, mamih juga orang yang terlihat tidak bisa kerja dalam tekanan. Karena apa? Mamih mudah sekali merasa panik sehingga segala sesuatu tidak bisa ia kerjakan dengan fokus. Itu juga yang dapat menyulut api ke-sensi-an seorang mamih. Tapi, selebihnya, mamih merupakan teman yang sangat pengertian.

Hana Hanifah. Sering kali dijadikan sasaran empuk laki-laki HI-C untuk memancing kemarahannya. Sangat lucu memang apabila kalian mendengar celotehannya yang sangat “Betawi”. Apabila amarahnya sudah terpancing, langsung saja “kata-kata mutiara” terlontar lancar dari mulutnya yang sangat jenaka. Namun, terkadang ada saat di mana Hana terlihat malu akan sesuatu. Seperti saat presentasi di depan kelas contohnya. Hampir 11 12 dengan mamih, Hana mudah terserang panik namun alih-alih marah, ia lebih terlihat bingung harus berbuat apa pada saat sedang panik. Pokoknya, Hana tidak pernah gagal membuat kita terhibur akan celotehannya sekaligus tingkahnya kalau sedang panik.

Hanin Anaka Aisara. Ini dia, teman akademisi yang paling dekat dengan saya. Dari mulai nilai sampai lomba, kami selalu berdampingan. Saya dan Hanin sudah melalui dua tiga lomba debat bersama dalam satu tim, pun selebihnya Hanin bertindak sebagai “pelatih” di saat dirinya tidak bisa menjadi peserta. Masalah nilai, antara saya atau Hanin selalu menjadi yang tertinggi di setiap semester dan Hanin memang terlihat sangat ambisius apabila sudah berbicara tentang nilai :p hanya di semester 7 kami memiliki IP yang sebanding dan kami mengapresiasi itu. Hanin adalah penawar yang hebat, salah satunya dan yang paling sering dilakukan adalah menawarkan tumpangan untuk saya pulang. Selain itu, tingkat tempramen Hanin dapat dikatakan lumayan-menuju-tinggi. Maka, tidak heran pada saat semester 2 seisi kelas pernah terkena “imbas” dari kemarahannya yang berujung ketidakhadiran Hanin di acara Bukber kelas yang pertama :p

Lathifa Rulia Sadiya. Teman-teman HI-C lebih akrab memanggilnya dengan Tipeh dibanding nama panggil dia lainnya. Kalau boleh berkata, Tipeh adalah orang yang tidak pernah takut mencoba suatu hal yang baru. Justru itulah ciri khas dari seorang Tipeh, berani mencoba apa pun tanpa terhalangi oleh rasa ketidakpercayadiriannya. Dimulai dari Model United Nations, lomba debat, buka usaha sendiri sampai mengikuti program exchange sudah pernah Tipeh coba. Saya juga pernah satu tim debat dengannya dan Tipeh merupakan partner yang baik, terutama apabila sudah “tersulut” karena ia akan menggebu-gebu dan totalitas dalam penyampaiannya. Tipeh juga adalah anak yang kuat—dalam masalah hati. Ada suatu cerita yang mana terkadang kalau saya pikir-pikir mengenai cerita Tipeh, belum tentu saya bisa sekuat Tipeh.

Messayu Galissa. Messa ini hobi sekali travelling all around the world. Sudah banyak negara yang dijelajahi oleh Messa. Rasanya ingin sekali ikut dengannya namun sadar akan kesibukan saya di Indonesia yang tidak bisa ditinggalkan hahaha. Mulai dari Jepang, Thailand, Vietnam, Perancis, Jerman dan masih banyak lagi! Perempuan yang logat Sundanya masih sangat kental ini sering saya panggil “teteh”, karena memang usia saya dan dirinya berjarak dua tahun. Menurut saya, Messa juga handal dalam memoles wajahnya. Tidak sekali dua kali Messa memperlihatkan wajahnya dengan polesan make-up yang membuat dirinya terlihat lebih menarik pada saat masuk kelas.

Muhammad Aria Kusuma Wardana. Travelling dan vespa. Dua kata yang sangat mendeskripsikan Aria. Memang pada kenyataannya Aria memiliki dan sering mengendarai motor vespa ke kampus, begitu pula dengan travelling. Tidak main-main, dirinya bepergian benar-benar menggunakan vespa dengan komunitasnya bahkan sampai melintasi pulau Jawa! Selain itu, Aria juga memiliki beberapa panggilan yang sampai sekarang masih digunakan oleh saya maupun teman-teman HI-C. Karena dulu Aria pernah dipanggil “ayah”, bahkan sampai sekarang saya masih memanggilnya itu di saat teman-teman sampai sekarang masih memanggilnya “Komeng”. Hal yang paling susah dihindari dari Aria adalah pada saat presentasi di depan kelas, menggunakan kata “gua” sebagai panggilan dirinya di saat harusnya ia menempatkan dirinya dengan kata yang lebih sopan. Kocak, bukan?

Muhammad Imtiyas Habibi. Kalau tidak salah, selama menduduki kelas HI-C, dua kali sudah saya dan Tyas berada dalam kelompok yang sama. Selama itu pula saya melihat Tyas adalah anak yang rajin dan bertanggung jawab, dalam artian apabila ia sudah diberi bagian presentasi, ia akan menuntaskan pun mempelajarinya sampai benar-benar mengerti. Namun, yang terkadang saya sayangkan adalah suara Tyas jauh lebih pelan dibanding saya sendiri yang perempuan. Membuat kebanyakan orang menyuruhnya untuk berbicara lebih kencang dan itu terlihat agak membebani dirinya sendiri. Tyas juga adalah anak dari Dosen Bahasa Arab kami, Pak Sirojudin.

Muhammad Jayakarta. Apabila saya sudah menceritakan tentang “mamih”, Jaya ini merupakan “papih”nya. Apabila ingin tahu cerita dari awal masalah mamih dan papih, saya harus buat posting-an lain khusus itu karena ceritanya berseri-seri sampai sekarang. Mungkin hanya tersisa saya yang memanggil Jaya dengan sebutan “papih”. Begitulah, hal yang sudah terbiasa sulit untuk dijadikan biasa lagi. Seluruh kelas hampir mengetahui kalau ketertarikan papih terletak pada satu hal utama, yaitu Iran. Pengetahuannya tentang Iran tidaklah main-main! Sudah khatam dari zaman Ayatullah Khomaeni bahkan sampai sekarang. Bahkan papih pernah bilang bahwa sangat disayangkan Indonesia tidak punya Kedutaan Besar Iran. Yup, saya setuju. Sekarang, saya dan Jaya berada di tempat mengajar yang sama sebagai guru les.

Muhammad Unggul Waskito. Hanya dengan melihatnya saja kalian pasti langsung berkomentar bahwa Unggul mirip dengan Kenneth Waltz atau pun kakek yang membintangi film animasi “Up”. Hanya karena itu saya kadang saya suka tertawa sendiri saat sedang membayangkan Unggul, seperti sekarang. Namun, jujur. Saya terkadang merasa agak kasihan apabila teman-teman HI-C mulai menjadikan Unggul sebagai bahan candaan mereka yang tidak ada habisnya. Ingin rasanya memeluk Unggul tapi dia sudah punya pacar J pernah di tahun ketiga saya kuliah, Unggul dan saya berada di dalam satu kepanitiaan acara besar yang tidak sempat terlaksana di kepengurusan kami. Dari situlah saya makin mengenal Unggul dan Unggul merupakan partner yang sangat kooperatif untuk diajak kerja sama, untuk kategori lelaki.

Qothrunnada Q. Q. A. Sebelumnya, jangan tanya saya mengenai kepanjangan nama Nada karena saya sendiri sampai sekarang tidak hafal. Memang teman sekelas yang tidak baik saya ini :’) awalnya, hampir seluruh teman-teman HI-C mengira bahwa Nada merupakan anak yang pemalu karena jarang bicara dengan yang lainnya, apalagi laki-laki. Namun seiring berjalannya waktu, saya pun menyadari bahwa Nada bukanlah orang yang pemalu. Dia seru dan gokil seperti anak-anak lainnya. Ada satu hal yang membuat saya terengang akan Nada, adalah pada saat mata kuliah Pengkajian Stratejik. Dirinya merupakan peraih level tertinggi permainan Clash of Kings dengan capaian “level 31” di saat saya hanya bisa sampai “level 20”. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya Nada merupakan anak yang rajin namun selama ini tidak pernah terlihat (?)

Roby Hariyanto. Lelaki berdarah Sukabumi ini di awal perkuliahan masih sangat terdengar logat Sundanya. Namun, semakin ke sini, semakin terkikis walaupun terkadang masih sering saya dapatkan logat itu dari cara Oby berbicara. Badan yang terlihat proporsional dengan tinggi dan berat badan yang ideal, membuat saya berkata bahwa dia merupakan laki-laki dengan postur badan terbaik di kelas. Saya tidak berbicara tampang karena itu jatuhnya relatif :D tidak heran apabila Oby memiliki ketertarikan dalam bidang modelling. Terkadang, saya suka tertawa apabila melihat Oby tertawa. Tertawanya terdengar setengah-setengah dan tidak ikhlas di saat dirinya bisa tertawa seperti itu karena melihat saya yang tertawa. Cukup mind-blown.

Rhinanda Aviva Fahmi. Nanda adalah seseorang yang bisa dikatakan adalah panutan saya dalam hal nilai. Nanda yang tidak pernah terlihat belajar, selalu mendapatkan nilai yang memuaskan baik UTS maupun UAS. Nanda yang tidak terlihat memerhatikan presentasi, tiba-tiba memiliki segudang pertanyaan untuk para presentator. Nanda yang lebih sering melihat instagram dibanding memerhatikan dosen, ternyata mengajukan pertanyaan saat dosen membuka sesi tanya jawab. Mungkin bukan hanya saya saja yang terheran-heran akan kecerdasan Nanda, teman-teman kelas pun mungkin memikirkan hal yang sama. Namun, selebihnya Nanda sangatlah baik dan sabar apabila menerangkan suatu hal yang berkaitan dengan pelajaran. Di samping sisi akademisnya, cerita-cerita Nanda tidak pernah luput dari hadirnya lelaki baik dari masa lalu maupun masa kini. Cerita itulah yang terkadang saya pribadi sangat menantikan kelanjutannya!

Rizky Afif Hidayat. Diam-diam menghanyutkan. Afif bisa dibilang seperti itu karena tidak disangka-sangka dirinya ternyata salah satu laki-laki yang unggul dalam bidang akademik namun tidak terlihat jejaknya. Lelaki yang diam-diam mendapatkan nilai bagus ini orangnya hobi bernyanyi. Dimulai dari sekedar menghibur perempuan-perempuan di kelas dengan suaranya, sampai bertingkah seolah-olah kami, para perempuan-perempuan kelas, merupakan “miliknya” juga sering dilakukan. Tidak heran apabila kami memanggilnya “kadal”, karena memang tepat seperti apa yang Afif sering lakukan kepada kami. Selain dengan Alif, saya juga sering sharing mengenai beberapa mata kuliah dengan Afif. Bisa dibilang, Afif orang yang seru untuk diajak berdiskusi.

Saleha Mufida. Tidak lain tidak bukan adalah anak ter-alim di kelas. Hanya Fida yang bertahan untuk menjaga hijabnya dari kaum yang bukan makhram-nya. Hanya Fida yang memakai kerudung syar’i begitu juga dengan bajunya yang selalu rok atau pun gamis. Tidak hanya dari penampilan, beberapa kali saya bertanya mengenai hal-hal yang berbau Islami dan Fida dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Walaupun dirinya masih dapat berkata bahwa ia tidak sealim yang dipikirkan orang-orang, tetap saja saya tidak percaya. Saya juga paham betul akan ketidaksukaan Fida dipanggil “Leha”, maka dari itu saya masih tetap bertahan memanggilnya dengan panggilan Fida. Catatan mata kuliah Fida menjadi langganan saya untuk difotokopi hampir di setiap UTS dan UAS karena saking lengkapnya. Tidak heran pula bahwa Fida merupakan rekan diskusi yang dapat saya andalkan.

Tirana Putri Ishlah. Karena saat pertama kali kenalan dirinya berkata bahwa nama panggilnya adalah “Ira”, sampai sekarang pun saya memanggilnya itu di saat hampir seluruh anak kelas memanggilnya “Tirana”. Ira, sesama pecinta Korea juga. Namun, Ira lebih condong ke drama dan film Korea. Ada yang unik dari Ira, yaitu cara dirinya tertawa. Saat tertawa, Ira berekspresi tapi suara tertawanya tidak terdengar. Ini yang membuat saya bingung dan secara otomatis memancing saya untuk ikut tertawa. Saya bukan tertawa karena isunya, melainkan cara Ira tertawa yang dapat dikatakan anti-mainstream. Sudah bukan rahasia lagi kalau Ira kerap kali dijodoh-jodohkan dengan Aria yang posisinya seperti “memang” menyukai Ira. Tapi, saya tidak tahu kebenarannya :’D yang jelas sekarang Ira sudah bahagia bersama someone special-nya.

Widya Astri Bachtiar. Dea adalah salah satu preman HI-C yang sama sekali tidak kenal takut. Selain Hana, Dea juga anak kelas yang sering mengeluarkan “kata-kata mutiara” apabila memang diperlukan (?) dan itu yang terkadang membuat saya tertawa lucu. Kami tergabung dalam unamed Bataknese squad dan jangan heran apabila melihat Dea, first impression kalian bakal berpikir kalau ia galak. Tapi, kalau sudah kenal, Dea merupakan orang yang seru, ramai dan memang galak, bagi orang-orang tertentu yang harus digalaki :D sometimes, talking English with Dea is something we suddenly do! Dea juga yang memotivasi saya untuk bisa menurunkan berat badan yang semakin lama semakin ganas ini :’)

Yuana Khamsiani. Karena saat SMP saya memiliki teman bernama Yuanita dan saya akrab memanggilnya dengan sebutan “wan”, ini saya terapkan juga ke Yuana yang pernah bilang, “cuma lo, La, yang manggil gue ‘wan’”. Memanggilnya dengan sebutan “yu” terdengar menggantung dan tidak ear-catchy. Seperti yang terlihat dari namanya, Yuan memang merupakan anak kelima dari entah delapan atau sembilan bersaudara. Dia juga salah satu perantau-nya HI-C, bahkan yang rumahnya paling jauh, yakni Kalimantan. Sering sekali kami mendapati pipi Yuana yang mudah sekali berubah menjadi merah, entah karena malu, gugup, atau pun marah. Yuana juga salah satu bulan-bulanan Alif yang sering sekali memanggil Yuana dengan sebutan “Yuanaku”, namun Yuana menampar perkataan Alif dengan, “lo bukan Abu Huraira gue”.

Yuni Vicktara. Tara, anak perempuan yang paling dekat dengan anak-anak Bangsat. Entah karena memang Tara yang tomboy atau memang Tara mudah sekali bersosialisasi dengan orang-orang. Tara ini orang yang mudah sekali untuk bilang, “ayo” dan bukan hanya wacana semata. Sudah beberapa kali saya bepergian dengan dia karena dia yang mengiyakan ajakan saya. Dia pun pernah berkata kalau dirinya suka bepergian, baik hanya sekedar mampir ke tempat makan atau sampai berhari-hari untuk berlibur. Apabila kalian sudah mengenal Tara lebih jauh, ia tidak akan sungkan-sungkan untuk terbuka terhadap kalian. Tidak sekali dua kali Tara terbuka mengenai beberapa hal dan kami berdua saling bertukar pikiran mengenai itu.

Yusti Winduningsih. Ibu guru yang saya hormati, ibu guru yang telah menginspirasi saya untuk menjadi guru juga. Saya ingin berterima kasih sekali pada Yusti yang sudah mengenalkan saya dengan pekerjaan yang masih saya geluti sampai sekarang. Berbicara mengenai Yusti, Yusti adalah anak yang ambisius. Bahkan saya ingat, saya pernah beradu argumen dengannya pada saat kelas Isu-isu Global Kontemporer sampai dosen kami yang melerai perdebatan itu. Yusti juga merupakan anak yang berpikir kritis, maka tidak heran apabila pada saat presentasi, selain Nanda, Yusti pun turut hadir dengan beberapa pertanyaan. Apabila menjadi guru adalah apa yang Yusti pengaruhi, apa yang saya pengaruhi terhadap Yusti adalah drama Korea! Bahkan sampai sekarang, Yusti masih menyukai drakor dan bahkan lebih update dibanding saya sendiri.

Sekian perkenalan anggota-anggota HI-C. Sebelumnya, saya berikan judul kurcaci dikarenakan kami saling mengenal saat kami belum mengetahui apapun tentang perkuliahan, tidak mengetahui apapun tentang apa itu SKS, apa itu SAP dan masih banyak hal. Kami terlihat “kecil” mengenai pengetahuan perkuliahan. Selain itu, kurcaci selalu bersama-sama dengan teman-teman sesama kurcacinya. Apabila menengok ke dongeng-dongeng semasa kecil, kurcaci tidak akan pernah sendiri untuk melayani seorang putri ataupun tidak pernah sendiri untuk bahkan hanya pergi ke hutan. Itulah yang dialami oleh HI-C yang selalu bergerombol kemana pun kami pergi.

Silahkan berkenalan dengan mereka semua sebelum selanjutnya saya akan merangkum perkumpulan-perkumpulan HI-C dari awal sampai terakhir kami berkumpul ke dalam suatu posting-an lain. Bagi yang berminat untuk kenalan lebih lanjut, silahkan hubungi akun instagram mereka masing-masing. Sekian dari saya.



Wakil ketua murid yang tidak jelas apa fungsi dan kerjanya,


Zsahwa Maula

Comments

Popular posts from this blog

Bukti-bukti Itachi dan Sasuke Saling Menyayangi

Perkenalkan, bencana terseram seumur hidup