Posts

Keluarga(lama)ku

Yaaaa entah kenapa saya ingin sekali menuliskan perihal ini. Kalau saya bilang dengan istilah ‘lama’, kesannya seperti benar-benar sudah lama. Tapi, yang saya maksud lama di sini adalah keluarga yang harus… saya tinggalkan. Walaupun saya sama sekali tidak rela untuk meninggalkan mereka semua. Keluarga-keluargaku yang sudah menemaniku hampir satu tahun penuh. Keluarga-keluargaku yang berasal dari berbagai jenis organisasi dan beragam tingkat usia. Saya harus berterima kasih, kepada mereka yang sudah menggiringku sampai sekarang. Yang juga sudah menggiring teman-temanku yang lain, dengan tingkat kesabaran yang pastinya tidak mudah. Padahal, saya ingin sekali menggantikan posisi mereka. Saya ingin merasakan apa yang mereka rasakan, bagaimana tindakan menghadapi kita-kita yang ‘seperti ini’, dan masih banyak lagi yang ingin saya rasakan. Tapi, semuanya sudah terlanjur. Sudah berapa event ya, yang sudah kita lakukan bersama-sama? Sekitar 7 acara yang kami rangkai bersama-sama. Bai...

Pilihan

Pilihan. Sesuatu yang harus dilakukan, dimana kita sudah terjebak dalam dua lubang yang sudah membawa kita tenggelam sampai dasar. Pilihan. Sesuatu yang pastinya tidak ingin dilakukan oleh sebagian besar orang di dunia. Pilihan. Menentukan salah satu yang terpenting, dan meninggalkan sesuatu yang terpenting lainnya. Pilihan. Sesuatu yang mau tidak mau harus dilakukan. Yang mau tidak mau harus rela merelakan yang satunya. Pilihan. Sesuatu yang tidak pernah ku harapkan untuk ada. Sesuatu yang tidak pernah ingin ku alami sendiri. Pilihan. Belajar tidak menyesali sesuatu yang tidak terpilih, dan mulai menerima sesuatu yang terpilih. Pilihan. Sangat sulit untuk melakukannya. Sangat sulit. Pilihan. Sesuatu yang benar-benar membuat otak bekerja keras untuk berpikir, mana diantaranya yang lebih tepat untuk di pilih. Pilihan. Belajar memilih sesuatu yang kita pilih setengah hati; setengah hati lagi berada oada sesuatu yang tidak terpilih. Dan, pilihan, adalah salah satu tant...

Tidak Sepantasnya

Aku lelah melihatmu selalu dipermainkan olehnya. Perasaan campur aduk antara kesal, benci, kecewa, semua sangat terasa begitu mendengar ceritamu tentang lelaki jalang itu. Untuk kesekian kalinya, kamu menceritakan dia lagi. Dengan fakta-fakta terbaru yang malah membuatku semakin panas mendengarnya, tapi tidak buat kamu. Pertama kalinya kamu mendapat pesan yang berisi sesuatu yang tak wajar, kamu senang bukan main. Sedangkan aku? Hah, aku tidak percaya dengan drama puitis yang selalu dia ciptakan untukmu. Satupun, tidak akan percaya. Sudah banyak bukti-bukti yang membuktikan kalau dia adalah lelaki jalang yang sangat sangat tidak pantas untukmu. Lelaki jalang yang dengan gampangnya menjadikanmu seperti boneka; mudah di peluk, mudah di lempar. Apa itu pantas? Untuk sesorang seperti kamu yang belum berpengalaman dalam hal percintaan? Hati-hati. Dia sangat liar untukmu! Lelaki yang hanya membutuhkanmu pada saat dia dan kekasihnya sedang di landa masalah, lelaki yang hanya menampakan dir...

The Announcement

The announcement has been released. And... I didn’t. I didn’t get the chance for student exchanged. Yes, I didn’t see my name on 13 students who slipped away and will go to abroad. Definitely, I disappointed. But, I was a big 21 students. I’m proud of that. And I also proud because my parents supported me before, but now. I disappointed them. I couldn’t make them happy because of that announcement. But, I already do my maximum effort for this. And I’m a bit consoled when Sulthan said, “La, padahal gue berharap banget lo bisa dapet. Tapi, tenang. Kita pergi ke luar negerti bareng-bareng pake uang kita sendiri!” I laughed and hold back my tears. I understand. Maybe, this program was not my fate. Furthermore, I want to find many kinds of that program and I’ll try to get that chance. Someday, I’ll believe 

a Silent Love (part VII)

Cerita sebelumnya bisa di baca di Continued Story :)         “Senaaaaaang rasanya. Konser amal semakin dekat. Kita hanya memiliki dua hari terakhir untuk berlatih. Aku ingin mengakhiri latihan yang menyiksa ini.” Fani memelukku sangat erat sampai aku susah bernafas. Kalau Fani ingin cepat-cepat mengakhiri latihan rutin ini, mengapa aku masih ingin berlatih terus dengan Al yang sangat menyenangkan itu? Rasanya ingin sekali terus berlatih bersama Al. Bercanda mengenai beberapa hal yang dengan mudahnya membuatku tertawa, beradu pendapat mengenai musik klasik era Mozart, membahas lagu-lagu klasik yang paling kami sukai, dan masih banyak lagi. “Entah mengapa aku masih ingin latihan rutin seperti ini, Fan. Sayang sekali sudah H-2. Tidak terasa, ya.” Aku memandang ke sekeliling ruangan musik ini. Semua orang sangat sibuk dengan persiapan mereka masing-masing, tidak dengan aku dan Fani yang mencuri waktu untuk berbincang sebentar.        “Ha...

Ribeut's Words

Di postingan gue kali ini, gue bakal menceritakan salah satu kisah dari temen gue yang entah dapat inspirasi darimana dia bisa ngomong kaya gitu. Gue aja kaget begitu denger dia ngomong kaya gitu. Bisa-bisanya loh -_- tapi ini bisa di contoh kok buat kita-kita (khususnya para perempuan) yang biasanya terkenal lemah. Biasanya ga berarti semuanya yaaaaa. Jadi, begini ceritanya. Gue mau sholat Ashar sama Ribeut sama Ucha. Kita habis ngeliat Diena yang galaunya bener-bener galau tingkat nasional karena.... (privasi. Gue ga bisa sebutin). Otomatis sepanjang jalan gue sama mereka berdua ngomongin masalah ini. Begitu sholat selesai, karena kita cewek-cewek dan hobi sekali menggosip, akhirnya Ribeut buka suara dan menceritakan apa yang pernah dia alami. Yang tidak disadari membuat gue dan Ucha kaget setengah mati. “Gue dulu juga pernah kaya gitu. Cuma gue diputusin sepihak. Si mantan udah bilang putus sama gue ke orang-orang sedangkan gue ga belum dibilangin. Nyesek ga sih??!!!” Gue dan U...

Persembahan Terakhirku Untuk Pak Anda

Teruntuk Bapak Satpam yang pengorbanannya tak lekang oleh waktu. Pak, ini saya Zsahwa Maula. Saya murid di SMA tempat Bapak bekerja. Mungkin Bapak tidak mengenal saya, tapi saya hafal betul apabila ada seseorang yang bertanya mengenai ciri-ciri Bapak. Mengenal saya atau tidak, itu tidak penting. Selagi Bapak masih tersenyum setiap pagi dan sepulang sekolah, saya sudah sangat senang. Pak, bagaimana caranya agar saya bisa tersenyum ikhlas seperti Bapak? Apa syaratnya, Pak? Ah, saya tahu. Hanya Bapak yang memiliki senyum tulus yang selalu Bapak keluarkan apabila bertemu seluruh murid SMA. Apalagi mata sipit Bapak yang ikut mengatup apabila Bapak tersenyum. Itu yang selalu saya ingat, Pak. Yang sama sekali tidak bisa dilupakan setiap kali saya mendengar nama Bapak. Pak, setiap kali saya melihat Bapak, Bapak selalu memasang wajah ceria. Setahun lebih saya bersekolah di sana, saya tidak pernah melihat raut wajah Bapak yang sedang memendam amarah. Tidak pernah. Apa Bapak tidak pernah m...

a Silent Love (part VI)

Cerita sebelumnya bisa di baca di Continued Story :) “Lana, Ardi, perkenalkan. Ini Alfario dan Elline. Mereka biasa dipanggil Al dan El. Mereka dari sanggar musik yang bekerja sama dengan sekolah kita untuk menggelar konser amal. Lana, kau akan berduet dengan Al. Dan kau, Ardi, akan berduet dengan El. Ayo, kalian bisa latihan sekarang.” Miss. Metta memperkenalkanku dengan dua orang yang ternyata menjadi pasangan duetku dan Ardi. Ternyata selama ini benar, perasaanku yang belum sepenuhnya percaya kalau Ardi yang akan menjadi pasanganku nanti. Dan benar saja, aku memang tidak berduet dengan Ardi. Aku akan berduet dengan Al. Aku tidak tahu siapa Al, apalagi mengenalnya. Mungkin pada latihan pertama nanti, aku akan mengetahui seperti apa sosok Al nanti.                 Aku mengajak Al menuju piano. Aku tidak banyak bicara, begitu pula dengan Al. Ini hari pertama, mungkin saja Al belum menunjukkan sosok aslin...

a Silent Love (Part V)

Cerita sebelumnya bisa di baca di Continued Story :) Aku datang 30 menit lebih awal dari anak-anak yang lain, sesuai permintaan Miss. Metta. Ruang musik terasa sepi. Tidak ada penghuni lain selain diriku. Ardi pun belum terlihat batang hidungnya. Kemana dia? Apa dia menerapkan kebiasaan-datang-telat-karena-malas-menunggunya yang sempat ia beritahukan padaku? Sepertinya tidak, ini sudah perintah Miss. Metta. Aku yakin dia tidak akan melakukan itu untuk kali ini. Untuk menghabiskan waktu menunggu Miss. Metta datang, aku kembali mengulang lagu Ballad Pour Adeline dan memainkannya dengan lebih memerhatikan dinamika.                 “Kalau boleh kasih saran lebih baik di bagian ini kamu gunakan pianissimo. Agar lebih tersentuh. Itu menurutku. Tadi kau kurang lembut memainkannya.” Mengapa dia selalu ada secara tiba-tiba dan keberadaannya sangat mengagetkan? Refleks aku memberhentikan permainanku dan melirik ...

a Silent Love (part IV)

Cerita sebelumnya bisa di baca di   Continued Story   :) Kita mendapatkan partitur yang sama persis.                 Aku membeku. Tidak tahu harus berbicara apa. Begitu pula dengan Ardi yang memilih untuk tidak bersuara. Kami terdiam untuk beberapa saat. Apa selama ini yang selalu ku pikirkan memang benar? Apa Ardi memang benar-benar partner -ku berduet nanti? Ah, pikiranku kacau. Hanya kalimat-kalimat itu yang hilir-mudik di otakku. Kemungkinannya sudah sangat besar. Kami sudah memiliki partitur yang sama persis. Apa masih kurang bukti lagi untuk membuktikan kalau Ardi menjadi partner -ku nanti?                 Aku tidak bisa membaca tatapan Ardi yang tidak sengaja tertangkap beberapa detik tadi. Kami berpandangan dalam jarak yang bisa dibilang dekat. Aku memilih menyerah, mengalihkan pandanganku dahulu sebelum adegan ini ...